
Perisai Putih & Salib Merah
SALIB MERAH PADA PERISAI PUTIH
Perisai Putih melambangkan PERISAI IMAN yang MURNI, pembelajaran menjalani Mitzvoth Alaha;
Ef 6:16 (LAI) dalam segala keadaan pergunakanlah perisai iman, sebab dengan perisai itu kamu akan dapat memadamkan semua panah api dari si jahat,
Salib Merah melambangkan SISTEM KURBAN. Ibadat yang benar selalu berlandaskan korban baik dalam Perjanjian Lama dan Baru. Korban ini terkait erat dengan keimamatan yang senantiasa memiliki suksesi mata rantai tak putus. Pada Dispensasi Perjanjian Baru sistem korban ini dilandaskan pada Korban Yeshua di Salib Golgota dengan keimamatan Melkisedek dan selanjutnya diteruskan dalam sistem Korban Perjanjian Baru dalam wujud Persembahan Roti dan Anggur sebagai ‘Korban Perjanjian Baru’ (Luk 22:19-20; 1 Kor 11: 23-32) yang terus menerus dilakukan oleh Imam-imam Melkisedek tertahbis suksesi rasuli sampai Maran datang kembali ke Bumi (1 Yoh 2: 1-2).
Luk 22:19 (LAI) Lalu Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka, kata-Nya: “Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku.” 20 Demikian juga dibuat-Nya dengan cawan sesudah makan; Ia berkata: “Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagi kamu.
Salib menjadi pusat simbol dalam logo ini disebabkan pentingnya karya salib oleh Yeshua Mshikha.Tanpa kurban kematian-Nya di atas kayu salib maka tidak ada pengampunan dosa. Salib adalah bagian dari Torah termasuk Torah Sinai (LAI: Hukum Taurat). Kitab Tanakh (sering disebut PL) awal ditulis dalam bahasa Ibrani Paleo yang berbeda dengan huruf Ibrani Masoretik Modern yang baru muncul di sekitar abad 8. Huruf TAW dalam Paleo Hebrew adalah tanda salib: †. Salib terdiri dari dua garis lurus: Garis Vertikal, artinya kasih kepada Alaha (Keluaran 20:1-11) dan Garis Horizontal, artinya kasih kepada sesama manusia (Keluaran 20:12-17). Sehingga Vertikal dan Horizontal disatukan bermakna “SALIB” yang bersifat korban yang dipersembahkan Yeshua Mshikha di Salib Golgota dan keimamatan tertahbis; kasih pengorbanan ini ditegaskan ulang Yeshua dengan melakukan perbuatan mitzvoth Torah: Kasih Vertikal: Kasihilah Tuhan, Alahamu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu (Markus 12:30). Kasih Horizontal: “Dan perintah yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada perintah lain yang lebih utama dari pada kedua perintah ini.” (Markus 12:31).

Topi Mithra
Topi Mithra. artinya Tahta Uskup, dirancang untuk langsung pikirannya selalu terarah kepada sang Maha Tinggi sehingga bentuknya kerucut.
Rom 11:36 “Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia,dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya.”
Uskup adalah jenjang tertinggi dalam keimamatan Melkisedek, tepat di bawah Imam Besar Yeshua. Uskup adalah pewaris otoritas dari para rasul awal.
Di sini juga menjelaskan bahwa tidak ada dukungan Alkitab dan Tradisi Rasuli di mana ada sekelompok denominasi Gereja Kristen menyebut pemimpin mereka sebagai ‘Gembala Sidang’, sesungguhnya Gembala itu mutlak memiliki tahbisan suksesi rasuliah yang sah bisa ditelusuri mundur ke belakang sampai kepada salah satu rasul Mshikha. Gembala harus selalu memiliki benang sejarah dengan kaum Nazarene awal. Hak dan Otoritas ‘Gembala Sidang’ ini dilambangkan dengan adanya ‘Tongkat Uskup.’ Jabatan ‘Gembala Sidang’ tanpa Tahbisan Rasuliah artinya tidak ada hubungan sama sekali dengan Jemaat Perdana. Topi Mitra dalam praktiknya bisa digantikan dengan penutup kepala sesuai budaya Indonesia seperti Kopiah, bangkon, peci Makasar, atau lainnya sesuai budaya lokal masing-masing rohaniawan.

Tongkat Gembala
Tongkat gembala dan Pataka.
1. Tongkat Gembala. Artinya OTORITAS DAN TUGAS[1] yang diberikan Maran Yeshua kepada Uskup untuk mengembalakan umat-Nya. Tongkat merupakan lambang otoritas dalam dunia sekuler, semua pejabat tinggi militer juga selalu memegang tongkat pendek yang mendongkrak wibawa mereka. Hanya Para Rasul yang diberi mandat menggembalakan kawanan domba-domba-Nya.
Amanah Yeshua hanya diberikan kepada Para Rasul termasuk Shimon Kefa (Petrus) pada saat berbicara dengan Yeshua (Yoh 21:15-17). Kemudian Para Rasul meneruskan otoritas dan mandat ini kepada Para Pengganti mereka. Di sini tidak ada berbicara supremasi rasul Shimon Kefa seperti yang dikembangkan oleh Gereja Roma Katolik bahwa Gereja Roma menjadi Kepala semua Gereja-gereja Kristen. Fakta sebenarnya dalam sejarah kedudukan Gereja Roma menjadi bergengsi karena kedudukannya berada di ibu kota Kekaisaran Romawi kuno. Ini hanya pemaksaan politis gerejawi yang dikembangkan selama berabad-abad oleh Gereja Rasuliah Barat. Tidak ada dukungan Kitab Suci maupun Tradisi Rasuli berbicara mengenai Supremasi Gereja Roma Katolik.
Tongkat ini adalah salah satu tanda yang bisa membedakan mana Gembala pewaris ajaran kuno Nazarene dan mana gembala yang bukan.
2. Pataka (tongkat dengan kepala salib) punya arti tegakkanlah panji salib di manapun kita berada dengan mengemban misi amanah Yeshua (Mat 28:20), khususnya para pengganti rasul yg diperluas di dalam jemaat.
Tongkat dan Pataka selalu mengiringi perarakan di awal Ibadah saat Uskup memasuki ruang ibadat. Semua jemaat berdiri dan menyanyikan pujian sebagai simbol menyambut kedatangan Mshikha karena representasi dari Yeshua Mshikha adalah para uskup ini. Tongkat dipegang oleh uskup bersangkutan sementara Pataka dipegang oleh rohaniawan lain yang berjalan di depan. Uskup dan para rohaniawan akan berjalan dari ruang khusus ke Mezbah di hadapan jemaat. Ritual ini sudah menjadi bagian dari siddur (liturgi) tertua Mshikaye, yaitu Siddur Mar Yakub HaTzadiq.
[1] Mrk 6:8 (LAI) dan berpesan kepada mereka supaya jangan membawa apa-apa dalam perjalanan mereka, kecuali tongkat, rotipun jangan, bekalpun jangan, uang dalam ikat pinggangpun jangan,

Tzit-Tzit 12 Pintal Biru
Tzit tzit dengan 12 simpul. Artinya mematuhi mitzvoth Maryah Alaha (10 Perintah Musa ditahmbah 2 Perintah Yeshua tentang Kasih, baca Markus 12:30-31). Dan juga Pengakuan Iman 12 poin yang disusun tahun 70 Masehi sebagai Shahadat Sefasa (Pengakuan Iman Rasuliah) yang menjadi pedoman pengajaran GNI. Pengakuan Iman ini diulas secara khusus di bagian lain di buku ini juga.

Huruf Ibrani: “Yod He Waw He” (יהוה)
‘Yod He Waw He’ (יהוה) di baca ‘Maryah’ adalah Sang Nama Kudus dari Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Alaha Ehad selama-lamanya. AMIN. Tetragramaton ini berada pada tiap sisi salib empat penjuru yang memiliki arti, YHWH telah menjelma menjadi Anak Manusia, yaitu Yeshua Mshikha sehingga kesaksian Alkitab menyebutkan Imanu-El (Alaha tinggal dalam Manusia). Manusia menjadi ‘Maqom’ (Ind: makam, tempat peristirahatan) Ilahi (Yoh 1:14; Mat 1:23).

Tiga Pilar
Tiga Pilar Iman Nazarene. Terdiri dari:
- Pewahyuan Suci atau Mistikisme (Kadisha d’Gilyana).
- Tradisi Suci Lisan (Kadisha Masorah), dan
- Kitab Suci Tertulis (Kadisha d’Ketava).
Ketiga pilar iman ini saling menjelaskan dan melengkapi. Ketiga pilar ini tidak bisa saling berbenturan! Jika bentrok maka sudah pasti ada yang keliru dan tidak bisa dijadikan suatu kebenaran.
Pewahyuan Suci atau Mistikisme
Pada umumnya, Gereja Rasuliah hanya berdasarkan dua pilar Iman: Kitab Suci dan Tradisi dalam Gereja-gereja Ortodoks Timur dan Katolik Barat, tetapi pada prakteknya mereka juga meyakini Mistikisme terutama dalam kehidupan Biara. Contoh seorang Hesikastis (mistikus) dari Gereja ortodoks Timur adalah Gregory Palamas (1296-1359) seorang rahib dari Gunung Athos di Yunani dan kemudian menjadi Uskup Agung Thessaloniki, dan Serafim dari Sarov (Russian: 1833), dia dikenal luas sebagai rahib Russia dan mistikus dalam Gereja Ortodoks Russia. Begitu juga dari Gereja Roma Katolik dikenal beberapa mistikus, Francis dari Assisi (1181-1226), Thomas Aquinas (1225-1274), seorang rahib Dominican dan imam Katolik, dan banyak lagi lainnya. Hanya Gereja-gereja ini tidak menjadikan ‘Mistikisme’ sebagai Pilar Iman, sementara Gereja Nasrani Katolik Ortodoks berkeyakinan Mistikisme adalah Pilar Iman Ketiga. Dua orang mistikus terkenalnya adalah ArchBishop John Sebastian Marlow Ward (1885-1949) dan St. Serapha (1890-1965). Kaum mistikus tersebut tidak lain adalah para nabi yang menjadi telinga untuk Suara Alaha bagi jemaat-Nya. Jawatan nabi ini tidak boleh hilang di dalam komunitas sebab Alaha terus berbicara sampai sekarang. Para nabi bukan hanya ada di zaman PL (Mosha-Yeremia-Yesaya-dll), namun juga di dalam masa PB.
Kis 13:1 (LAI) Pada waktu itu dalam jemaat di Antiokhia ada beberapa nabi dan pengajar, yaitu: Barnabas dan Simeon yang disebut Niger, dan Lukius orang Kirene, dan Menahem yang diasuh bersama dengan raja wilayah Herodes, dan Saulus.
LIM 15:1 Oleh karena itu, pilihlah, bagi kalian sendiri para uskup dan para diakon yang layak di hadapan Maran, para pria yang lembut hatinya dan tidak tamak, dan benar dan diakui, sebab mereka melaksanakan bagimu pelayanan para nabi dan guru. Oleh karena itu, jangan rendahkan mereka, sebab mereka adalah yang terhormat diantaramu, bersama dengan para guru dan nabi.
Pada hakikatnya Agama itu seharusnya mengandung dua unsur, yakni Eksoterisme (Bentuk Luar) dan Isoterisme (Mistik). Agama yang hanya mengandalkan Eksoterisme (Bentuk Luar) menjadikan agama itu berkarakter ‘Legalistis’ saja yang terdiri dari berbagai ritus, seremonial, perayaan, tulisan-tulisan dan berbagai aneka tafsir, fatwa, dan rumusan rasional keagamaan sehingga keagamaan itu sangat menitik beratkan pada ‘Theologumenon’ (pendapat-pendapat hasil tafsir) seperti halnya Keagamaan Yudaisme Rabbinik yang menghasilkan Talmud, dan begitu juga Gereja-gereja Ortodoks Timur dan Katolik Barat yang banyak hanya menghasilkan Legalitas dari Konsili-konsili Rasional saja. Agama itu harus mengandung sisi Isoterisme untuk keseimbangan sehingga tidak mengharapkan hanya tafsir rasional manusia, melainkan menunggu wahyu-wahyu Ilahi yang disampaikan Alaha, melalui Para Malaikat atau berbagai nubuatan kenabian, sebagaimana Alkitab katakan:
“Bila tidak ada Wahyu kenabian, umat menjadi liar; sebaliknya ia yang menjalankan Torah berbahagia.” Sefer Mislei (Amsal) 29:18.
Suatu Gereja Rasuliah yang utuh haruslah mempertahankan jawatan kenabian karena memang jemaat ini sejak awal dibentuk oleh para rasul dan nabi.
Ef 2: 19 Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Alaha, 20 yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Mshikha Yeshua sebagai batu penjuru.
Ef 3:5 yang pada zaman angkatan-angkatan dahulu tidak diberitakan kepada anak-anak manusia, tetapi yang sekarang dinyatakan di dalam Roh kepada rasul-rasul dan nabi-nabi-Nya yang kudus,
Mar Shaul dalam Ef 2:20 di atas mencatat bahwa ada 2 PONDASI (dibangun di atas dasar) suatu Gereja Rasuliah, yaitu RASUL dan NABI. Semakin banyak rasul dan nabi, maka semakin kuat dan kokoh berdirinya bangunan jemaat di atasnya. Kedua pondasi inilah yang sangat berperan. Pondasi harus ada dan kokoh. Jmeaat boleh banyak dan ribuan, namun jika tidak ada nabi di bawahnya maka bangunan ini akan mudah roboh. Uskup Agung John Cuffe adalah salah satu pakar Mistika kami yang masih terus bisa berkontak dengan Alaha. GNI memawisi banyak penyingkapan Alaha melalui dirinya dan uskup-uskup sebelumnya. Hal inilah yang menyebabkan pengajaran tentang SHAMAYIM (LAI: Sorga) dari keuskupan kami jauh lebih dalam di banding gereja rasuliah pada umumnya.
Tradisi Suci Lisan
Tradisi Lisan adalah pengajaran Lisan atau sering disebut sebagai ‘Oral Torah’. Setelah para nabi menerima pewahyuan dari Alaha, lalu mereka menyampaikannya kepada jemaat maka apa yang mereka sampaikan itu adalah Tradisi Lisan. Pesan Alaha bisa dikemas ke dalam suatu budaya yang dimiliki oleh masyarakat penerima penyingkapan itu. Misalnya, Alaha memerintahkan umat Israel untuk membuat Tzit-tzit melalui nabi Mosha. Maka Mosha dengan hikmat atau kearifan lokalnya mengajarkan bagaimana memilih benang, bagaimana cara memilinnya, lalu bagaimana cara memakai tzit-tzit tersebut. Ajaran lisan ini disampaikan darinya ke para pengajar lain, dari ayah ke anak, dan seterusnya.
Di dalam masa PB, Maran Yeshua adalah Sang Nabi yang menerima Pewahyuan Suci lalu menyampaikan pengajaran secara LISAN dalam Tradisi Lisan. Yeshua tidak menulis kitab dan Alaha tidak pernah menurunkan kitab dari langit untuk menjadi sumber pengajaran Yeshua. Apa yang diajarkan-Nya adalah suatu tradisi yang direkam di dalam kepala para murid-Nya selama 3,5 tahun. Semua pengajaran asalnya tidak dalam tulisan. Tradisi-tradisi yang tidak dituliskan ke dalam suatu kitab yang dikanon antara lain:
Siddurim (liturgi-liturgi ibadah), kidungan, sejarah gereja, QADISHOTIM (sakramen-sakramen), dan lain-lain. Semua hal ini pada akhirnya dituliskan ke dalam seminari-seminari di semua gereja rasuliah yang menyebar ke banyak bangsa. Tradisi biasanya dipraktikkan atau dicontohkan dari imam ke imam penerusnya, dari uskup ke uskup penerusnya sehingga pengajaran lisan ini bisa terus terpelihara dari zaman ke zaman.
Kitab Suci Tertulis
Sejak sekitar tahun 40 Masehi kitab-kitab PB dituliskan oleh para murid Yeshua. Jadi ada rentang waktu di mana gereja-gereja tidak memiliki kitab PB, semua pengajaran adalah ajaran LISAN (tradisi). Setelah tradisi ada, barulah ada kitab-kitab. Tentu saja tradisi jauh lebih lengkap dan detail, sementara kitab hanya mencatat hal-hal yang dinggap penulisnya penting saja. Misalnya kata ‘Baptis’ dalam injil Matius. Di sana tidak pernah ada keterangan detail seperti siapa yang berhak membaptis, baptis itu diselam atau dipercik, bagaimana membaptis orang yang sakit, bagaimana membaptis di daerah yang kekurangan air, dll. Kitab suci harus diterangi oleh tradisi supaya pembacanya bisa memahami ajaran asli jemaat perdana.
Sayangnya, kitab yang beredar di antara jemaat bukan saja kitab yang berisi ajaran yang benar, ada juga yang salah atau sebagian yang mengandung ajaran benar dari para rasul yang mengingat ajaran Yeshua. Oleh karena itulah masing-masing Gereja Rasuliah melakukan kanonisasi (pengelompokan) kitab suci. Masing-masing uskup berhak melakukan kanon tersebut sesuai kearifanya. Kendati tidak semua dari gereja mereka yang masih memiliki peran kenabian yang memudah mereka memilah-milah, namun kanonisasi ini tetap terjadi.
Kitab suci hasil kanonisasi ini adalah hasil dari tulisan para pemimpin Gereja Rasuliah! Bahkan Gereja Asyria menyalin kembali kitab Tanakh ke dalam bahasa aramaik sejak abad 1 Masehi. Sehingga gereja ini memiliki kitab PL dan PB dalam bahasa aramaik. Gereja Rasuliah lain melestarikan Salinan Septuaginta (kitab PL dalam bahasa yunani).
Naskah-naskah kitab PB asli baik dalam aramaik dan juga yunani tidaklah bisa bertahan sampai sekarang karena ilmu pengetahuan yang tidak mencukupi di abad awal. Di zaman modern ini, Gereja Rasuliah sudah memiliki banyak museum sendiri-sendiri untuk mengawetkan naskah-naskah tua kami. Museum naskah kitab GNI terdapat di Queensland Australia di bawah pengawasan keuskupan tentunya.

Batu Ungu Persegi Empat
Mezbah atau altar sebagai pusat peribadatan dan pengajaran jemaat. Mezbah persegi empat mewakili YOD HE WAW HE (YHWH). Ungu adalah warna kerajaan. Mezbah harus ada di dalam kehidupan beribadah jemaat Nasrani. Mezbah sudah ada sejak di zaman Adam, Avraham untuk mempersembahkan kurban, sampai masuk ke dalam Perjanjian Sinai, mezbah tetap ada. Ritual kurban tetap ada dari zaman ke zaman sebagai pemulihan jiwa di hadapan Alaha sehingga mezbah ini juga harus tetap ada. Di dalam Perjanjian Baru, mezbah juga menjadi ciri khas jemaat Nasrani yang menjadi pengganti adanya Bait Suci II Yerusalem. Yeshua menubuatkan akan kehancuran Bait Suci di sekitar tahun 27 Masehi dan terjadi di tahun 70 Masehi.
Mat 24: 1 Sesudah itu Yesus keluar dari Bait Alaha, lalu pergi. Maka datanglah murid-murid-Nya dan menunjuk kepada bangunan-bangunan Bait Alaha. 2 Ia berkata kepada mereka: “Kamu melihat semuanya itu? Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak satu batupun di sini akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain; semuanya akan diruntuhkan.”
Hancurnya Bait Suci II ini karena memang Maran Yeshua sendiri menginginkan adanya penyembahan tidak lagi berpusat di Yerusalem.
Yoh 4: 21 Kata Yeshua kepadanya: “Percayalah kepada-Ku, hai perempuan, saatnya akan tiba, bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem. 22 Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi. 23 Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. 24 Alaha itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran.”
Sejak ditulisnya liturgy peribadatan Nasrani awal di abad 1, kaum Nazarene tidak lagi menantikan dibangunnya Bait Suci III, karena kami meyakini sejak abad 1 bahwa Yeshua Sang Mshikha adalah Bait suci Rohaniah kami. Semua jemaat Nazarene di seluruh dunia membangun Mezbah di rumah masing-masing sebagai pusat peribadatan pribadi.
Yeshua adalah YHWH yang menjadi manusia. Oleh karena itu, Mezbah juga adalah sumber dari pengajaran. Pengajaran Nasrani keluar dari Yeshua atau dari Mezbah ini.

Mahkota Emas
Mahkota Emas. melambangkan 1. Mshikha Sang Raja. 2. Mahkota kemenangan yang semua hamba setia bisa berharap menerimanya ketika menyambut Dia pada jagad fisik ini. Atau jika mereka wafat sebelum Dia datang, saat mereka bertemu Maran setelah mati. Untuk jelasnya, sebagaimana Mar Shaul (Paulus) jelaskan kepada kita (1Tesalonika 4:16; 1 Korintus 9:25), mereka yang melewati dari hidup bumi sebelum Dia datang, akan menerima upah mereka bahkan sebelum kita menyambut-Nya saat Dia mencapai Bumi.
Mahkota Emas juga dimaknai sebagai suatu 3. Usaha Terus Menerus untuk mencapai target dalam menjalani Jalan Sempit bagi Kesempurnaan Jiwa. Dengan demikian kami menolak ajaran teologi Predestinasi (Takdir) bahwa kita sudah menjadi ‘orang kudus’ seperti ada segelintir orang Kristen yakini. Keselamatan kita dalam Yeshua masih dalam pemahaman potensi, progresif, dan tidak stagnan sejak kita menjadi orang percaya (1 Kor 9:24-27; 2 Pet 1:4; Yak 2:23). Dalam kehidupan di bumi kita masih jatuh-bangun tetapi kita bersyukur ada solusi untuk itu bahwa Yeshua itu kasih dan adil akan mengampuni kita saat kita jatuh dalam dosa dengan menyediakan Sakramen Pengakuan Dosa melalui keimamatan Melkisedek (1 Yoh 2:1-2). Suatu pengakuan membutuhkan saksi-saksi sehingga suatu kesaksian itu sah adanya (2 Korintus 13:1) dan pengakuan itu bersyarat seperti Doa Bapa Kami:
“… ampunilah pelanggaran-pelanggaran kami seperti kami mengampuni orang lain yang bersalah pada kami…” (Mat 6:12).
Seperti yang diumpamakan oleh Maran Yeshua juga tentang pengampunan (Mattai 18:21-35 dan Lukas 17:3-4).

Salib Pada Tallit / Stola
TALLIT/ STOLA (Selendang Doa dan atributnya).
Tallit melambangkan kesediaan menjadi Hamba Pelayan Alaha. Tallit juga lambang kerendahan hati yang menggantungkan di leher atau diikatkan dipinggang para hamba sebagai kuk yang ringan dari Yeshua (Mat 11:28-30). Tanpa adanya kerendahan hati, tidak akan ada penundukan diri pada otoritas. Semua rohaniawan yang telah masuk ke dalam Tahbisan Mayor berhak untuk menyandang Tallit ini. Selendang doa dipakai miring baik oleh Imam dan Shamasha, sementara Uskup memakainya dengan mengalungkannya dengan sejajar jatuh ke dada.
Sehingga para hamba Yeshua tidak lagi mengajarkan Torah Rabbinik (LAI: Hukum Taurat) yang memberatkan, tetapi Torah Mshikha yang ringat (Gal 6:2). Tallit atau Stola ini disebut juga ‘sapu tangan lebar’ untuk menyeka keringat yang biasa digantungkan pada leher maupun diikatkan di pinggang pada zaman dahulu. Kain yang sama inilah dipakai mengeringkan kaki Para Rasul saat dibasuh oleh Maran Yeshua (Yoh 13:4-5). Ini mengingatkan Pesan Yeshua seorang hamba harus ‘rendah hati’ di mana Yeshua rela menjadi hamba dengan membasuh kaki para murid-Nya dan mengeringkannya dengan Tallit.
Atributnya:
- Salib.
- TUJUH (7) GARIS WARNA BIRU PADA TALLIT, garis ini terbagi dua: EMPAT adalah simbol “Bumi” (haAretz) artinya “empat penjuru bumi yang merupakan mandat pelayanan yang diterima dari Maran Yeshua Mshikha bar Alaha melalui Para Rasul dan Pengganti mereka (Uskup-uskup) untuk ‘melaksanakan Amanah Agung’ menjadikan semua bangsa para murid (Ibr:talmidim)-Nya (Mat 28:20; Kis 1:8), dan TIGA bermakna ‘Langit’ (SHAMAYIM) atau ‘Keilahian’ (Aram: Alahotha), yakni membaptis para Talmidim dalam sang NAMA dari Bapa, Anak dan Roh Kudus, Tlitayutha Alaha (Eng: Triun God), Alaha SATU (Ibr: Ekhad) Sejati. GNI tidak meyakini Tuhan itu tiga! Tuhan itu SATU, Sang Tlitayutha SATU dengan 3 aspek (Aram: Qnume).

Dua Kunci
Dalam tradisi GNI yang didapatkan dari gereja Asyria, saat nama יהוה disebutkan dalam peribadatan dengan pelafalan ‘Maryah’ maka pengucapnya akan membuat tanda salib sebagai penghormatan.
Dua kunci. Artinya kuasa MELEPAS dan MENGIKAT (Mat 16: 18-19; Mar 4:11-12) yang merupakan otoritas keimamatan dari sang Anak Manusia yang didelegasikan kepada Para Rasul dan Para Pengganti mereka. (Mat 9:6 … ‘ANAK MANUSIA berkuasa mengampuni dosa.’).
Mat 16:19 (LAI) Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.”
Perhatikan bahwa otoritas ini diberikan oleh Maran Yeshua kepada Mar Kefa (Petrus) dan secara tradisi diketahui bahwa Dia juga memberikan otoritas serupa kepada para murid awal lainnya. Otoritas ini tidak pernah langsung diberikan kepada pembaca kitab suci di abad modern ini secara langsung. Otoritas melepas dan mengikat ini adalah ritual yang sudah dilembagakan oleh para rasul yang disebut dengan Sakramen Pentahbisan (Qadishot Smikha Halikanuth). Semua sakramen ini ada di dalam Tradisi Nazarene.

Cawan Yang Berisi Anggur dan Roti
Perjamuan Roti-Anggur. Adalah Tubuh dan Darah Maran sebagai kurban pendamaian dan kehidupan (Yoh 6: 48-59, Luk 22:19-20). Ini merupakan dispensasi pengganti sistem Korban keimamatan Harun menjadi sistem keimamatan Melkisedek yang mempersembahkan Roti dan Anggur (Kej 14:18), di mana Yeshua adalah sang Melkisedek itu sendiri yang bertemu dengan Abraham dalam wujud Kemanusiaan (Yoh 8:58; Ibrani 7-8). Pada saat itu Torah yang berlaku adalah Torah Nuh dan keimamatan Melkisedek yang berlaku universal.
Kedatangan Yeshua sebagai Imam Melkisedek kedua kalinya sebagaimana ditunggu kaum Esseni Qumran pada abad ke-2 SM., telah memprabayangkan persembahan Roti dan Anggur sebagaimana dicatat:
Di setiap tempat di mana ada sepuluh orang dari dewan masyarakat, tidak akan absen dari mereka seorang imam . Masing-masing sesuai dengan posisinya, mereka akan duduk di depannya; dan dengan demikian mereka akan meminta nasihat mereka tentang segala sesuatu . Dan ketika mereka mengatur meja makan, atau anggur untuk minum, imam harus mengacungkan tangannya pertama yang mengucapkan berkat dengan bagian pertama dari roti dan anggur (THE MANUAL OF DISCIPLINE, bab 3 Aturan-aturan).
Perjamuan Suci (Aram: Qurbana Qadisha ) termasuk ke dalam 7 sakramen (Qadsihotim). Tradisi ini merupakan pusat dari peribadatan kaum Nazarene yang diulas di dalam Sefer LIMUDAH.

Menorah, Bintang Daud dan Ikan
Modifikasi Segel Mesianis Jemaat Yerusalem. Ini adalah simbol Kekristenan yang paling kuno yang menjadi simbol Jemaat Yerusalem yang dipimpin oleh Uskup Mar Yakub sebagai Bunda Gereja (pusat kekristenan awal). Simbol ini dibagi menjadi 3 bagian yang disambung menjadi satu-kesatuan, yaitu MENORAH-BINTANG DAVID-IKAN.
- Menorah. Menorah ini adalah lambang dari kehadiran 7 Roh Alaha (Yes 11:1) untuk menjelaskan Sang Putra Yeshua. Menorah atau kaki 7 dian/lilin adalah satu perangkat Bait Suci yang diilhami oleh Alaha kepada Mosha. Ketujuh lilin ini juga masih terus dilestarikan keberadaannya oleh gereja-gereja Rasuliah dengan memasangnya di atas mezbah peribadatan.
- Bintang David. Bintang David adalah simbol yang ternyata dipilih oleh kaum Yahudi untuk menjadi simbol pada bendera Israel. Ini adalah lambang kemegahan Raja David.
- Ikan. Ikan adalah simbol dari jiwa-jiwa manusia. Saat Yeshua memulai mengajar, Dia memilih murid-murid-Nya untuk menjadi penjala ikan. Jadi ikan adalah simbol jemaat Nazarene.

Tulisan Gereja Nasrani Indonesia
- GEREJA. Kata Gereja ini juga sepadan dengan kata Idtah dalam bahasa Aramaik Peshitta yang asal etimologi katanya berasal dari kata lehaid, artinya bersaksi atau mewartakan. Dalam Mat 16:18, Maran Yeshua berkata:“Aku juga berkata kepadamu bahwa engkau adalah Kefa, dan di atas batu karang ini, Aku membangun Tubuh Kesaksian-kesaksian-Ku…”Sehingga kita menemukan bahwa yang dibangun atau yang didirikan Yeshua itu sebagai ‘Idtha’ adalahTubuh Kesaksian-kesaksian, yaitu Orang-orang Percaya sebagai Saksi-saksi Mshikha.
- NASRANI artinya 1. Sang Tunas (Ibr: Netzr), yaitu Maran Yeshua sendiri. 2. Nazareth atau Nazarene asal kota Yeshua. Sang Netzr, dalam hal ini Nasrani disebut pengikut Yeshua. Nasrani adalah salah satu cabang Yudaism dari tunggul pohon yang dipotong Alaha, tumbuh tunas baru yang merupakan Yudaisme Sejati di dalam Yeshua. Nasrani ini kontradiktif dengan Rabbinik Yudaisme sehingga berkarakter Aramaik-Ibrani (Semitisme), namun demikian tidak etnis. Jadi bisa berbudaya heterogen. Nazareth (Nazarene). Nama Kota.
Mat 2:23 Setibanya di sana iapun tinggal di sebuah kota yang bernama Nazaret. Hal itu terjadi supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi-nabi, bahwa Ia akan disebut: Orang Nazaret.
- INDONESIA berarti wilayah pewartaan injil dari Sabang sampai Maraoke.